Daily Archives: February 23, 2010

I just saw a magic of Life

Malam ini pk. 7.45 kami berkunjung lagi ke dokter. Setelah menempuh perjalanan sepanjang hampir 40km akhirnya saya berhasil tiba 15menit sebelum jadwal. Suami menyusul dari kantornya dan tiba 5 menit kemudian.
Masih ada sedikit waktu untuk ke toilet. Sebentar saja suster sudah memanggil-manggil. Sementara suami saya masih disibukkan dengan telpon masuk dari klien. Tas nya berat penuh dokumen yang sengaja dibawanya dari kantor untuk mengantisipasi pertanyaan klien.
Dengan sedikit tergopoh-gopoh kami berdua memasuki ruang praktek dokter. Seperti biasa dokter ini selalu ramah menyambut kedatangan kami.
Setelah dihitung, umur janin saat ini 9.5 minggu, hampir 10 minggu. Saya langsung diminta untuk duduk di kursi USG. Malam ini dokter berujar akan melakukan USG abdominal (lewat perut). Perut saya ditekan cukup keras dengan alat USG, namun sayangnya dia mendapati kantong kencing saya kosong sehingga kesulitan menemukan objectnya.
Next time, keep your urine before you see the doctor. Ha ha ha
Akhirnya terpaksa USG Transvaginal dilakukan. Sedetik kemudian saya dan suami terkesiap melihat sosok janin yang begitu aktif bergerak-gerak bebas di dalam rahim yang masih lapang, penuh air. Dia berputar kekiri dan ke kanan, menendang dan menggerak-gerakkan tangannya. Panjangnya sudah mencapai 2.59 cm. Dengan tangan dan kaki yang sudah berjari. Oh my God, I was extremely surprised. Even the doctor could see it obviously, he ask me “are you still shock?” I was laughing. I feel like flying in the sky, totally amazed, realizing there is a human being living inside me. Gosh… Its a magic of life

my baby 9.5 weeks

my baby 9.5 weeks


Mengapa menunda kehamilan ?

Kami menikah pada akhir tahun 2007, dan sejak awal kami sepakat untuk menunda kehamilan. Walaupun usia saya dan suami saat itu menginjak 33th, saat itu kami sangat yakin jika sesuatu di rencanakan dengan niat baik maka Tuhan akan mensupport.

Alasan kami yang terutama saat itu karena

  • kami ingin lebih mudah mengenal kepribadian masing-masing disaat kami masih berdua, 1 tahun saja masa awal pernikahan untuk menyesuaikan diri kami rasa cukup
  • kami ingin fokus mempersiapkan diri secara financial, membesarkan anak bukan perkara murah.
  • kami ingin fokus mempersiapkan kesehatan fisik yg prima agar bisa melahirkan anak dengan kondisi fisik dan mental yang sempurna.

Jujur saja, ada perdebatan batin yang sangat kuat untuk segera mengandung dan membatalkan kesepakatan bersama. Namun suami saya sangat kukuh, dan kami kembali pada rencana awal. Berdua kami terus menabung dan menikmati saat-saat kebersamaan kami berdua dengan travelling ke berbagai daerah disela-sela kesibukan pekerjaan. Seringkali sehabis pulang kantor kami janji ketemuan di resto-resto favorite kami untuk sekedar melepaskan stress.

Saya dan suami pun melakukan medical check up untuk mengontrol kesehatan kami berdua. Akhirnya pada bulan April 2009 kami mulai membuat appointment dengan dokter kandungan untuk berkonsultasi tentang persiapan apa saja yang harus saya lakukan untuk menjadi calon ibu.

Dokter mulai menganjurkan saya untuk menghitung siklus haid, mengkonsumsi tablet asam folat, Vitamin E, Vitamin C, dan melakukan USG Trans vaginal sekaligus Pap Smear. Hasil USG menunjukan saya tidak memiliki permasalahan yang dapat menghambat proses pembuahan.

Akhirnya setelah menanti hampir 9bulan…

tanggal 15 Januari 2010 ( pagi, hari terakhir saya bekerja di office setelah resign Dec 2009) saya coba-coba melakukan test kehamilan dengan test pack biasa. Hasilnya, negative. Saya cukup kecewa karena beberapa hari sebelumnya saya merasa seakan-akan saya hamil. Nafsu makan yang lebih dari pada biasa (pernahkah anda terbangun karena merasa kelaparan pada pk. 2 dini hari?) perut yang membuncit, berat badan naik, ngantuk yang berlebihan, air liur yang berlebihan dan dada terasa sakit.

tanggal 18 Januari 2010 saya mengumpulkan semangat untuk melakukan tes kehamilan, kali ini di rumah sakit. I know it was too late. Bagaimana tidak, saya baru mulai jalan dari rumah jam 2 siang. Namun suster di rumah sakit meyakinkan saya jika hasilnya akan tetap akurat.

Selama 45 menit saya menunggu, kemudian tiba-tiba saya dipanggil dan di sodorkan amplop tertutup. Dengan ragu saya menerimanya dan pelan-pelan membukanya. Ternyata Positif! hampir semua suster di ruangan itu memberikan selamat kepada saya… Perasaan saya campur aduk antara haru dan bahagia.

Aneh, seakan merasakan hal yang sama, bertepatan saya masuk ke mobil, suami saya menelpon dan bertanya “Gimana Hasilnya?” dengan riang saya jawab “Positif !”  Cuma ucapan syukur yang saya dengar dari suami saya saat itu. Saat ini kandungan saya sudah menginjak hampir 10 minggu dan saya tidak mengalami muntah sama sekali